Sumber foto: fb/elFox
Alasan sense of humor atau sensifitas humor bukan landasan
untuk berkata – kata serampangan, apalagi menghina, berkata kasar, atau
melecehkan orang lain. Sense Of humor
yang baik selalu melihat situasi, Sense oF humor yang tinggi selalu memiliki
makna dan paham makna dibaliknya. Semua
orang tentu punya hak untuk tertawa, lebih pada menertawai. Tapi belum tentu
jika ditertawai. Catat penggunaan kata kerjanya.
Orang-orang dengan selera humor tinggi selalu memilih menertawakan
diri sendiri ketimbang terbahak menghadapi keadaan orang lain. Orang dengan
selera humor yang baik akan bersabar pada keadaan sebelum bisa tertawa lepas.
Orang dengan selera humor rendah, bukannya sulit tertawa, melainkan gampang
sekali dibuat tertawa bahkan oleh hal-hal yang tidak layak ditertawakan. Tapi
yang pasti, tidak satupun orang akan senang dihina.
Mari saya ceritakan satu pengalaman. Anda tidak perlu
berusaha berpikir keras, jenis sensifitas humor apa yang dipunyai, reaksi
setelah membaca setidaknya dapat memberikan sinyal, sampai dimana selera humor
anda.
Begini ; di selasar
gedung sebuah universitas, tidak begitu jauh dari sekumpulan mahasiswa, dua orang dosen sedang bercakap, datang
seorang mahasiswa mendekat. Si mahasiswa
berpakaian hitam putih, sepertinya akan ujian. Pada si mahasiswa, salah satu dosen menyambut ; ‘kamu sudah beli makanan apa? ’Si mahasiswa menjawab sesuatu. Terdengar lagi suara salah seorang dosen itu
:’ya sudah kamu beli buah saja. Buah semangka atau buah apa. Atau buah dada’.
Lalu suara tertawa keduanya pecah dan terbahak. Si mahasiswa balik badan.
Ketika itu, saya berdiri juga tak jauh dari dua orang dosen
ini. Melihat mereka tertawa dengan bahagia
dan melanjutkan percakapan, saya yakin mereka tidak merasa ada yang keliru
dengan bahan gurauan tadi. Nah, ada yang bisa menunjukkan pada saya di mana
letak kandungan humor di dalam percakapan itu hingga mereka tertawa begitu rupa
?
Saya khawatir saya terlambat memahami apa kelucuannya. Jadi,
barangkali saja saya pun harus curiga
dengan selera humor saya, atau saya mungkin
tidak memiliki sensifitas humor. Tapi, dengan
status akademik yang dipanggul, ruang yang ada (katakan saja di kampus), saya
rasa seorang akademisi mesti mempertimbangkan kelucuan yang ingin mereka buat
dan tertawai.
Akan ada yang bilang dengan membangun keluguan berpikir, ah,
itu kan hanya bercanda. Jangan tegang. Bagi saya, ‘kelucuan’ di atas tidak layak. Apakah mereka berpikir buah dada yang mereka
jadikan bahan lucu-lucuan itu tidak layak dihargai ?
Saya belajar dari pengalaman ini bahwa sensifitas humor mungkin berkaitan dengan tinggi
rendahnya penghargaan terhadap diri. Orang
yang jarang melucu atau tertawa bukan berarti dia kaku. Bisa jadi dia tipe
orang yang jarang menemukan sesuatu yang lucu dan anti-arus-utama terhadap
humor – humor jalanan yang lebih banyak menjadikan cacian atau hinaan atas satu
subjek sebagai lelucon.
Kelucuan dan humor-humor dalam hidup kan punya banyak
referensi. Misalnya saja, silahkan melucu dengan keadaan hidup anda yang tidak
laku-laku karena sok keren tapi jauh dari update berita. Jangan seperti cerita
di atas: Laki-laki melucu menggunakan
bagian tubuh Perempuan. Itu kan basi,
kuno, sangat tidak menarik, dan adalah sumber pelecehan. Mengapa
demikian ? karena saya tidak menerima keadaan itu sebagai lelucon. Bagi saya,
mereka tertawa dan melecehkan buah dada.
Mereka menjadikan bagian tubuh wanita sebagai bahan tawa.
Ah, ya. Ke dua pelawak kita ini – maaf-
sekali- adalah laki-laki dan dosen. Jadi saya katakan dalam tawa ke dua manusia
tadi, ada unsur pornoaksi, dan seksis. Tapi, jangan menyimpulkan kalau bukan
dosen berarti boleh melucu dan tertawa seperti
mereka, atau bahwa perempuan bisa melontarkan candaan sejenis itu. Ini
bukan perbandingan mana yang bisa melakukan atau tidak bisa melakukan.
Anda tipe orang
humoris, atau senang melucu, atau pandai membuat suasana riang bukan berarti bebas bicara apa saja. Masih
banyak buah yang bisa disebut. Jika
saya, sebagai manusia dan perempuan, bilang begini : lebih baik kritis terhadap mulut
dan melucukan buah zakar saudara yang
tidak bisa didisiplinkan oleh otak dan tingkat pendidikan. Apa bicara anda
terhadap saya ?
Jadi sampai
dimana reaksi dan sensifitas humor anda?
ingat-ingat lagi. Saya pikir humor mestilah dapat dinikmati bersama dengan
masing-masing kadar kelucuannya. Jika
ada yang tidak merasa lucu, itu bukan humor, dan jika ada yang merasa terhina atau tersinggung, pikirkan
lagi, selera humor anda bisa berubah
jadi bullying. Sebisa mungkin hindari
melucu tentang bagian tubuh manusia, terkecuali anda ingin menjadikan
diri sendiri sebagai bahan kelucuan. Meski demikian, anda tentu tidak ingin
menghinakan diri sendiri dengan menjadikan
bagian tubuh anda sebagai bahan dalam tawa cabul bersama kan? Meluculah
dengan cerdas. Humor memiliki batasan
dan seninya sendiri.
Ternate, 07 Desember 2017
Oleh: Aishsyarah