Random Posts

banner image

Senin, 19 Juni 2017

Pentingkah Pengalaman ?

Catatan oleh Gunawan Tidore


  
Kita tidak merasakan ke dua kaki menahan derasnya luapan air dari pegunungan yang dengan kencang menembus pemukiman.  Kita pun tidak mendengar jerit ketakunan Warga Oba saat dilanda banjir. Kita pun tidak lagi merasa rugi dengan berapa jumlah tanaman warga yang tumbang,  berapa banyak prabot rumah warga yang hilang. Warga pun mungkin dalam waktu yang bersamaan tidak memikirkan hal itu, melainkan bagaimana cara keluar dari gempuran air yang melaju dari hutan. Dan apa jadinya kalau gempuran air tidak terjadi pada jam 8 pagi.

Sabtu siang, pekan lalu.  Pihak Bandara Samratulangi Manado terpaksa menunda jadwal penerbangan pesawat Garuda Air, Sriwijaya Air,  Batik Air dan Lion Air rute Manado-Ternate, Maluku Utara. Sedianya Garuda Air rute Manado Ternate yang saya tumpangi diberangkatkan jam 11.20 WIT, namun petugas mengumumkan penundaan jam penerbangan tanpa memberi kepastian kapan diberangkatkan kembali sebab cuaca tidak memungkinkan penerbangan. Cuaca di sekitar Manado nampak mendung. Lalu wilayah mana yang menyebabkan ditundanya penerbangan ini. Tanya saya, setelah mendengar pengumunguman dari petugas bandara, sembari penasaran, saya membuka aplikasi AccuWeather untuk mengetahui wilayah cuaca yang diumumkan tidak memungkinkan pesawat akan diterbangkan. Setelah dibuka tingkat cerahnya cuaca di areal Bandara 24 derajat calcius dan di Ternate cuaca dengan curah hujan 30 derajat calcius. Saya tidak membuka perkiraan cuaca di Tidore Kepulauan.

Senin pagi,  harian Malut Post memberitakan dampak dari cuaca yang sempat menunda penerbangan Garuda Air itu.

Di Kecamatan Oba Tikep, luapan air dengan ketinggi melewati fondasi. Sedikitnya ada 685 rumah warga di enam desa sekecamatan.  Dikabarkan pula, warga mengungsi di wilayah terdekat yang belum tergenang.

Atas peristiwa itu,  para pemangku kuasa di Tidore mengadakan pertemuan guna memberi bantuan pada warga.

Saya tidak tahu peristiwa itu pernah terjadi atau mungkin kembali terjadi. Namun setidaknya peristiwa yang tidak menyenangkan warga itu dijadikan pengalaman. Tapi apakah penting pengalaman itu bagi kita..?

Pengalaman memiliki arti penting dan membutuhkan tindakan real. Bagi orang Papua yang menetap di pedalaman, pengalaman teramatlah penting.  Seperti yang diceritrakan oleh Jaded Diamond dalam bukunya The World Until Yesterday bahwa ketika dirinya bersama sekelompok orang Papua yang menjelajahi hutan di Papua untuk mencari tahu jenis burung. Diamond terkejud ketika temannya itu tidak menghendaki dirinya tidur di bawah pohon raksasa yang cabangnya mulai kekeringan.

Diamod sendiri belum merasa dan melihat orang ditimpa batang pohon sehingga mengeluarkan usus dan otak. Namun orang-orang Papua  punya pengalaman itu,  meski bukan di tempat di mana Diamond hendak merebahkan diri.

Kewaspadaan orang Papua pedalaman akan bahaya, menunjukkan bahwa mereka jarang mati akibat tertimpah pohon maupun mati akibat dimangsa binatang buas.  Tingkat kematian orang Papua pedalaman cenderung banyak akibat peperangan antara suku.

Peristiwa di Sabtu dan Minggu pekan lalu memang tidak merenggut nyawa warga Oba, namun dalam gelisah dan cemas mereka membutuhkan perlindungan yang pasti bukan janji. Dan faktor yang cukup berpihak pada warga karena gumpuran air terjadi sekitar pukul 08.00 WIT.  Kita tak tahu bagimana jika terjadi tengah malam[].















0 komentar:

Posting Komentar