Random Posts

banner image

Sabtu, 19 Agustus 2017

Beragama itu Toleran

Keragaman agama di Indonesia yang begitu kental telah mengajarkan kita hidup toleran. Namun beberapa bulan belakangan, Toleransi itu goyang karena hanya kepentingan politik beberapa orang. Di Ternate ada kampong Makasar, kampong Cina, dan kampung Arab. Perkampungan ini adalah bukti toleransi yang tetap kokoh hingga kini.

Toleransi sesama agama diceritrakan kembali dalam film My Name Is Khan. Film ini mempertontonkan toleransi yang goyah akibat dari penyerangan World Trade Center (WTC) Amerika namun kebersamaan itu kembali kokoh ketika semuanya sadar dan saling percaya. 

Ini adakah catatan tentang film My Name is Khan. Dibuat ketika diminta menjadi fasilitator dalam kajian rutin PILAS; malam nonton film. 

Film “My Name Is Khan” adalah film yang mengambil latar gambar di Amerika Serikat. Mengisahkan kembali pengeboman pesawat oleh kelompok “Teroris” di gedung WTC Amerika. Sahk Rukh Khan dalam film ini berperan menjadi Rizwan Khan, dia adalah muslim taat dari negara Pakistan. Rizwan menderita penyakit autis, yang sejak kecil membuatnya jauh dari teman-teman. Proses belajarnya adalah pengalaman melihat dan mendengar; cerita-cerita sang ibu mengenai sejarah agama, beragama dan berkemanusiaan ;“hanya ada dua macam manusia di dunia ini. Orang baik yang selalu berbuat baik dan orang jahat yang selalu berbuat jahat. Hanya itu perbedaan manusia. Tidak ada perbedaan lainnya”. 

Rizwan bahkan sangat cerdas di usia yang terbilang muda. Walaupun mengalami autis, Rizwan juga memiliki kemampuan menulis di atas rata-rata; “bahwa orang seperti kami tidak bisa mengekspresikan emosi mereka dengan kata-kata. Tapi kami dapat menulisnya dengan mudah. Aku bisa menulis jutaan kali, di ribuan lembar kertas dengan kata “aku mencintaimu” Mandira”. 

Rizwan menikah dengan Mandira. Pernikahan itu awalnya ditentang oleh sang adik, namun tekadnya dan pelajaran dari sang ibu, Rizwan menikahi Mandira yang berbeda agama dengannya. Mandira seorang Hindu taat, sedangkan Rizwan seorang muslim saleh. Pernikahan mereka bahagia, Mandira seorang janda memiliki satu anak saat dinikahi. Setelah menikah, Mandira dan anaknya menggunakan nama Khan pada nama belakang mereka. Mereka hidup bahagia di tengah-tengah lingkungan masyarakat yang berbeda agama dengan mereka, namun mereka bagi Rizwan adalah keluarga. Karena “Keluarga tidak hanya dari hubungan darah, ia juga bisa terjalin karena cinta”.

Kebersamaan mulai runtuh saat terjadi penyerangan gedung WTC Amerika. Penyerangan tersebut dikatakan terencana dan dituduhkan kepada pihak Alkaeda yang dipimpin oleh Osamah Bin laden. Identitas agama islam yang melekat pada Osama kemudian menyeret masyarakat muslim di Amerika. Mereka yang beragama Islam dianggap pembunuh, “Jihad”. Simbol-simbol agama dalam islam yang selama hidup dipakai untuk memperjelas identitas kini harus dilepas, agar tidak mendapat diskriminasi dari warga Amerika non muslim. 

Rizwan pergi dari rumah untuk bertemu dengan President Amerika Serikat, George Bush untuk menunaikan janjinya pada Mandira untuk mengatakan bahwa dia muslim dan bukan seorang teroris. Tekadnya tidak mudah tercapai. Rizwan harus menghabiskan waktunya di jalan. Walaupun  warga muslim lainnya harus shalat dengan sembunyi-sembunyi namun Rizwan tetap dengan keyakinannya bahwa; “shalat tidak tergantung tempat dan orang-orang tapi tergantung keyakinan”. Tersesat di sebuah desa yang warganya beragama Kristen, Rizwan dianggap seperti saudara dan anak, dia juga menganggap mereka orang tua dan saudara. Rizwan membantu warga desa ketika terjadi banjir. Tindakannya membuka mata dunia, terutama warga Amerika.   
***

Agama adalah kerja keras. Wawasannya tidak tumbuh dengan sendirinya dan harus dibina dalam  cara yang sama seperti halnya apresiasi seni, musik, atau puisi harus ditumbuhkan (Karen Amstrong 2011:55). Agama dan kekerasan sepertinya telah menjadi sesuatu yang tidak bisa dilepas-pisahkan. Agama dianggap sebagai pemikiran yang cenderung mengarahkan orang ketindakan kekerasan. Ini karena tindakan kekerasan yang dilakukan kelompok tertentu mengatasnamakan agama. Padahal dalam agama apupun di dunia, kekerasan adalah tindakan yang dilarang. 

Kekerasan yang ditimbulkan karena konflik antar ummat beragama memberikan kesan seakan-akan ada hubungan kausal antara agama dan kekerasan. Padahal setiap agama mengajarkan kepada ummatnya bersikap kasih sayang, tolong menolong, jujur, adil, berbuat baik sesama ummat manusia. Sifat-sifat kemanusiaan seperti itulah yang justeru merupakan hakikat dari ajaran agama. Inti risalah atau misi agama adalah kemanusiaan. Agama menempatkan manusia sebagai mahluk Tuhan yang paling mulia dan terhormat.   (Ichan Malik dkk, 2003:136).

Dalam agama Kristen ada terdapat tiga unsur yang patut dipertahankan jika mungkin; pemujaan (worship), kepasrahan (acquiescence), dan cinta (love). Pemujaan ditujukan kepada tuhan; kepasrahan ditujukan kepada the inevitable (yang tidak bisa dihindari) karena ia adalah kehendak tuhan; cinta ditujukan kepada tetangga saya, musuh saya, dan sebenarnya kepada semua manusia (Bertrand Russell 2008:57). Dalam  kitabnya ummat islam juga tertulis “ Allah tidak melarang kamu berbuat adil kepada orang kafir yang tidak memusuhimu (QUR’AN SURAT AL-MUMTAHANNAH AYAT 8). Sama  halnya tertulis dalam MATIUS 22:36-40 “ Kasihilah sesamamu, seperti kamu mengasihi dirimu sendiri”. Dan dalam BUDHIST “ Cinta sejati tidak pilih kasih, tak beryarat, tak melekat, dan selalu ingin berbagi pada sesama”. 

Agama di dunia menghargai perbedaan yang melekat dalam setiap tubuh manusia. Agama mengajarkan cinta kasih, dan damai kepada semua ummatnya. Dan kekerasan adalah larangan. Karena manusia adalah sama, semuanya bernafas dan memiliki hak untuk merdeka, hidup damai, cinta dan kasih[]. 

Oleh: JF. Upik
Pegiat PILAS Institute


1 komentar: