Toleransi sesama agama diceritrakan kembali dalam film My Name Is Khan. Film ini
mempertontonkan toleransi yang goyah akibat dari penyerangan World Trade Center (WTC) Amerika namun
kebersamaan itu kembali kokoh ketika semuanya sadar dan saling percaya.
Ini adakah catatan tentang film My Name is Khan. Dibuat ketika diminta menjadi fasilitator dalam kajian rutin PILAS; malam nonton film.
Ini adakah catatan tentang film My Name is Khan. Dibuat ketika diminta menjadi fasilitator dalam kajian rutin PILAS; malam nonton film.
Film “My
Name Is Khan” adalah film yang mengambil latar gambar di Amerika Serikat. Mengisahkan
kembali pengeboman pesawat oleh kelompok “Teroris” di gedung WTC Amerika. Sahk
Rukh Khan dalam film ini berperan menjadi Rizwan Khan, dia adalah muslim taat
dari negara Pakistan. Rizwan menderita penyakit autis, yang sejak kecil membuatnya
jauh dari teman-teman. Proses belajarnya adalah pengalaman melihat dan
mendengar; cerita-cerita sang ibu mengenai sejarah agama, beragama dan
berkemanusiaan ;“hanya ada dua macam manusia di dunia ini. Orang baik yang
selalu berbuat baik dan orang jahat yang selalu berbuat jahat. Hanya itu
perbedaan manusia. Tidak ada perbedaan lainnya”.
Rizwan
bahkan sangat cerdas di usia yang terbilang muda. Walaupun mengalami autis, Rizwan
juga memiliki kemampuan menulis di atas rata-rata; “bahwa orang seperti kami
tidak bisa mengekspresikan emosi mereka dengan kata-kata. Tapi kami dapat
menulisnya dengan mudah. Aku bisa menulis jutaan kali, di ribuan lembar kertas
dengan kata “aku mencintaimu” Mandira”.
Rizwan
menikah dengan Mandira. Pernikahan itu awalnya ditentang oleh sang adik, namun
tekadnya dan pelajaran dari sang ibu, Rizwan menikahi Mandira yang berbeda
agama dengannya. Mandira seorang Hindu taat, sedangkan Rizwan seorang muslim saleh.
Pernikahan mereka bahagia, Mandira seorang janda memiliki satu anak saat
dinikahi. Setelah menikah, Mandira dan anaknya menggunakan nama Khan pada nama
belakang mereka. Mereka hidup bahagia di tengah-tengah lingkungan masyarakat
yang berbeda agama dengan mereka, namun mereka bagi Rizwan adalah keluarga. Karena
“Keluarga tidak hanya dari hubungan darah, ia juga bisa terjalin karena cinta”.
Kebersamaan
mulai runtuh saat terjadi penyerangan gedung WTC Amerika. Penyerangan tersebut dikatakan terencana dan dituduhkan kepada pihak Alkaeda yang dipimpin oleh Osamah Bin laden.
Identitas agama islam yang melekat pada Osama kemudian menyeret masyarakat
muslim di Amerika. Mereka yang beragama Islam dianggap pembunuh, “Jihad”.
Simbol-simbol agama dalam islam yang selama hidup dipakai untuk memperjelas
identitas kini harus dilepas, agar tidak mendapat diskriminasi dari warga
Amerika non muslim.
Rizwan pergi
dari rumah untuk bertemu dengan President Amerika Serikat, George Bush untuk
menunaikan janjinya pada Mandira untuk mengatakan bahwa dia muslim dan bukan
seorang teroris. Tekadnya tidak mudah tercapai. Rizwan harus menghabiskan
waktunya di jalan. Walaupun warga muslim
lainnya harus shalat dengan sembunyi-sembunyi namun Rizwan tetap dengan
keyakinannya bahwa; “shalat tidak tergantung tempat dan orang-orang tapi
tergantung keyakinan”. Tersesat di sebuah desa yang warganya beragama Kristen,
Rizwan dianggap seperti saudara dan anak, dia juga menganggap mereka orang tua
dan saudara. Rizwan membantu warga desa ketika terjadi banjir. Tindakannya membuka
mata dunia, terutama warga Amerika.
***
Agama adalah
kerja keras. Wawasannya tidak tumbuh dengan sendirinya dan harus dibina
dalam cara yang sama seperti halnya
apresiasi seni, musik, atau puisi harus ditumbuhkan (Karen Amstrong 2011:55).
Agama dan kekerasan sepertinya telah menjadi sesuatu yang tidak bisa dilepas-pisahkan.
Agama dianggap sebagai pemikiran yang cenderung mengarahkan orang ketindakan
kekerasan. Ini karena tindakan kekerasan yang dilakukan kelompok tertentu mengatasnamakan
agama. Padahal dalam agama apupun di dunia, kekerasan adalah tindakan yang
dilarang.
Dalam agama
Kristen ada terdapat tiga unsur yang patut dipertahankan jika mungkin; pemujaan
(worship), kepasrahan (acquiescence), dan cinta (love). Pemujaan ditujukan kepada tuhan;
kepasrahan ditujukan kepada the inevitable
(yang tidak bisa dihindari) karena ia adalah kehendak tuhan; cinta ditujukan
kepada tetangga saya, musuh saya, dan sebenarnya kepada semua manusia (Bertrand
Russell 2008:57). Dalam kitabnya ummat
islam juga tertulis “ Allah tidak melarang kamu berbuat adil kepada orang kafir
yang tidak memusuhimu (QUR’AN SURAT AL-MUMTAHANNAH AYAT 8). Sama halnya tertulis dalam MATIUS 22:36-40 “
Kasihilah sesamamu, seperti kamu mengasihi dirimu sendiri”. Dan dalam BUDHIST “
Cinta sejati tidak pilih kasih, tak beryarat, tak melekat, dan selalu ingin
berbagi pada sesama”.
Agama di
dunia menghargai perbedaan yang melekat dalam setiap tubuh manusia. Agama
mengajarkan cinta kasih, dan damai kepada semua ummatnya. Dan kekerasan adalah larangan. Karena manusia adalah sama, semuanya bernafas
dan memiliki hak untuk merdeka, hidup damai, cinta dan kasih[].
Oleh: JF. Upik
Pemikiran yang baik.
BalasHapus