Random Posts

banner image

Sabtu, 11 November 2017

RUMAH GAGASAN

Di sekretariat Posko Peduli Umat (PODIUM), pendiri Perhimpunan Lingkar Arus Studi (PILAS) ,guru Her dan Guru Agus, berdiskusi dan bersepakat membentuk study club yang diberi  nama Lingkar Arus Studi (LAS) yang saat ini sudah bertrasformasi menjadi Lembaga Swadaya Masyarakat PILAS Institute. Sejak hari itu, tanggal 14 September 2001 sampai tahun ini telah berusia 16 tahun. Ibaratnya manusia, di usia demikian sudah dikatakan dewasa, namun PILAS adalah organisasi, kedewasaan bukan dilihat dari usia melainkan pada kontribusi lembaga terhadap perkembangan pengetahuan dan aplikasinya pada masyarakat.
Dokumentasi PILAS; pendampingan korban erupsi Galamalama Ternate oleh ACT dan PILAS

Sejak 16 tahun berdiri, selama itu pula PILAS harus hidup seperti “nomad”. PILAS laiknya organisasi lain yang membutuhkan tempat untuk bertemunya para kaders agar tetap bertukar gagasan dan menjalankan kegiatan organisasi. Olehnya itu Sekretariat PILAS terus berpindah untuk mencari kontrakan dari Ternate Selatan hingga ke Ternate Pulau kelurahan Jambula. Jika pemilik rumah tidak lagi mau melanjutkan kontrakan atau menaikkan harga kontrakan maka tidak menutup kemungkinan Rumah Gagasan akan pindah.

Tahun 2007 saya berkenalan dengan Rumah Gagasan PILAS yang saat itu sekretarianya di kelurahan kampong pisang. Di sekretaiat itu, suka duka dan penuh luka dijalani sama-sama. Makanan apa yang tidak enak dan kopi apa yang kelebihan gula ? semuanya enak dan setiap kopi yang disajikan tidak pernah kekurangan gula karena takaran akan menyesuaikan pada kondisi. Sedangkan makanan akan tetap terasa nikmat walaupun hanya garam tanpa lauk. Kata Ridho, teman sekamar Ais Bobero bahwa “makan pakai mulut lebih enak ketimbang pakai lauk”.

Waktu itu bulan ramadhan. Kami masih semester 2 di jurusan ilmu administrasi negara, Fisip UMMU. Karena mahasiswa baru maka jadwal kuliah saya pagi, selesai jam 12 siang, saya langsug balik ke Rumah Gagasan untuk tidur. Saya jalan kaki dengan senior Yaku melewati gang sempit depan SD Kenari Tinggi. Dalam perjalanan tiba-tiba handpone saya berdering, ternyata sms dari senior ko Ipul. “pulang jangan lupa beli es batu, supaya buat agar-agar untuk buka puasa” begitu sms singkatnya. Saya bersemangat tetapi semangat sedikit berkurang ketika di Rumah Gagasan, saya lihat sirup, panakuk, panada dan pisang coe.

Malam-malam di sekretariat di Kampung Pisang adalah malam yang tanpa “anggur dalam rembulan”. Hanya ada kopi hitam. Kopi dengan takaran gula yang tidak pernah salah, selalu menemani malam membaca dan diskusi. Malam baca memberikan kesempatan kepada setiap anggota untuk membaca dan kemudian dilanjutkan dengan menulis hasil bacaan dan menceritakan kembali bacaannya pada anggota lain. Kadang disitulah saya merasa sedih karena harus menjawab banyak sekali pertanyaan dan kadang jawaban yang saya berikan adalah “jual kecap”.

Rumah Gagasan PILAS pindah ke kelurahan Ngade Ternate Selatan. Sekretariat yang baru itu ada sepenggal “surga” di halaman belakang. Menghijau pohon pisang, singkong dan pohon-pohon kelapa yang daunnya terus melambai ingin dipetik. Di depan ada pohon rambutan yang tidak pernah berbuah dan satu pohon kepala yang selalu dijaga oleh direktur dengan tulisan “jangan coba-coba petik buah kelapa, kalau tidak mau tangan dipotong. Sedangkan tetangga depan rumah sudah kami anggap sebagai mama. Mama baru orang baik, selalu mau jika kami berhutang rokok. Kami sering bertamu jam 11 siang ketika mama sedang asik menanak nasi dan menggoreng ikan.

Rumah Gagasan PILAS yang di kelurahan Fitu setelah pindah dari kelurahan Gambesi - yang pertama di sisi kanan jalan jika dari arah kampus UMMU. Di sini kami mengenal keluarga baru, om Wae, om Hamid, ketua RT dan om Rais. Selesai masa kontrakan, Rumah Gagasan pindah lagi ke sisi kiri jalan dari kampus UMMU, samping kanan masjid Fitu, belakang pangkalan ojek. Di Rumah Gagasan itu, PILAS berusia 12 tahun dan saat itu kami berkesempatan melakukan syukuran dengan kegiatan ilmiah, lomba menulis essay, dialog dan menerbitkan buku yang diberi judul Bergerak Memberi Makna atas kerja sama UMMU Press dan PILAS Book.
dokumentasi PILAS

Bergerak  Memberi Makna adalah kado hari lahir PILAS yang ke 12 tahun. Kado istimewa dari kader PILAS angkatan pertama sampai angkatan yang paling terakhir serta prolog dari pendiri dan appendix dari Thamrin Husen. Tulisan yang dimuat di buku itu adalah artikel yang pernah diterbitkan di Malut Post dan Posko  Malut. 


Semangat menulis pertama hingga terbitnya buku, sudah dirasakan ketika Rumah Gagasan masih di Kampung Pisang. Hasil pertemuan kala itu, menyepakati setiap anggota PILAS harus wajib menulis dan harus wajib pula diterbitkan di salah satu media cetak.  Jika tidak ada tulisan diterbitkan maka akan dikenai denda Rp. 250.000. Sejak kesepakatan diberlakukan, hari-hari di PILAS hening seperti kuburan. Hampir setiap jam, para senior duduk membaca dan menulis karena hanya itu satu-satunya cara agar tidak meminjam uang pada teman untuk membayar denda. Hasilnya, tulisan para senior mulai terbit setiap minggu. Bahkan ada satu tulisan dengan dua nama penulis. 

Senior yang berperan penting dalam kesepakatan itu adalah Presiden PILAS, ko Iwan, senior ko Ipul, ko Phomat dan senior seangkatan mereka. Mereka selalu sedia membaca dan mengedit tulisan kawan-kawan. Kami para anggota baru tidak diwajibkan menulis tetapi wajib ikut diskusi membahas opini dari salah satu kawan sebelum dikirim ke media cetak. Semacam ujian kelayakan.  

Tak ada manusia sempurnya dan tak ada organisasi yang bejalan tanpa tantangan. Kesalahan atau kekeliruan, saling marah, saling curiga, saling menyalahkan adalah hal wajar dalam berorganisasi. Akan tetapi, intinya kesamaan visi harus diutamakan oleh setiap anggota. Semoga pada usia sekarang, PILAS bisa lebih baik. Tetap Cerdas Berpikir dan Santun Bersikap.
Dokumentasi PILAS; anggota PILAS membuat monografi desa Galo-Galo, Morotai


Akhir catatan ini, ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada media cetak di Maluku Utara yang selalu mau mengedit dan menerbitkan artikel dari anak-anak PILAS. Ucapan terimakasi pula kepada Thamrin Husen yang selalu sedia waktu mengisi kajian, (alm) pak Ode, mantan ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara UMMU yang tidak pernah telat dan lupa mengisi kajian, Sahyunan Pora yang selalu memberikan kiat-kiat cinta ketika mengisi kajian filsafat, Darsis Hoemah yang selalu hadir dengan cerita lucu, Murid Tonirio yang selalu bersemangat, Rahmi Husen yang selalu berbagi kopi, Rahim Thalib yang selalu hadir sebagai senior dan semua pembina lain yang sudah meluangkan waktu bersama kami di PILAS. Terimakasih dan salam hormat karena telah berbagi ilmu di Rumah Gagasan. 


Ternate, 11 November 2017

Tim Rumah Gagasan

0 komentar:

Posting Komentar