Di sekretariat Posko
Peduli Umat (PODIUM), pendiri Perhimpunan Lingkar Arus Studi (PILAS) ,guru Her dan Guru Agus, berdiskusi dan bersepakat membentuk study club yang diberi nama Lingkar Arus Studi (LAS) yang saat ini
sudah bertrasformasi menjadi Lembaga Swadaya Masyarakat PILAS Institute. Sejak
hari itu, tanggal 14 September 2001 sampai tahun ini telah berusia 16 tahun. Ibaratnya manusia, di usia demikian sudah dikatakan dewasa, namun PILAS
adalah organisasi, kedewasaan bukan dilihat dari usia melainkan pada kontribusi
lembaga terhadap perkembangan pengetahuan dan aplikasinya pada masyarakat.
Dokumentasi PILAS; pendampingan korban erupsi Galamalama Ternate oleh ACT dan PILAS
Sejak 16 tahun berdiri,
selama itu pula PILAS harus hidup seperti “nomad”. PILAS laiknya organisasi
lain yang membutuhkan tempat untuk bertemunya para kaders agar tetap bertukar
gagasan dan menjalankan kegiatan organisasi. Olehnya itu Sekretariat PILAS
terus berpindah untuk mencari kontrakan dari Ternate Selatan hingga ke Ternate
Pulau kelurahan Jambula. Jika pemilik rumah tidak lagi mau melanjutkan
kontrakan atau menaikkan harga kontrakan maka tidak menutup kemungkinan Rumah
Gagasan akan pindah.
Tahun 2007 saya
berkenalan dengan Rumah Gagasan PILAS yang saat itu sekretarianya di kelurahan
kampong pisang. Di sekretaiat itu, suka duka dan penuh luka dijalani sama-sama.
Makanan apa yang tidak enak dan kopi apa yang kelebihan gula ? semuanya enak
dan setiap kopi yang disajikan tidak pernah kekurangan gula karena takaran akan
menyesuaikan pada kondisi. Sedangkan makanan akan tetap terasa nikmat walaupun
hanya garam tanpa lauk. Kata Ridho, teman sekamar Ais Bobero bahwa “makan pakai
mulut lebih enak ketimbang pakai lauk”.
Waktu itu bulan
ramadhan. Kami masih semester 2 di jurusan ilmu administrasi negara, Fisip
UMMU. Karena mahasiswa baru maka jadwal kuliah saya pagi, selesai jam 12 siang,
saya langsug balik ke Rumah Gagasan untuk tidur. Saya jalan kaki dengan senior
Yaku melewati gang sempit depan SD Kenari Tinggi. Dalam perjalanan tiba-tiba
handpone saya berdering, ternyata sms dari senior ko Ipul. “pulang jangan lupa
beli es batu, supaya buat agar-agar untuk buka puasa” begitu sms singkatnya.
Saya bersemangat tetapi semangat sedikit berkurang ketika di Rumah Gagasan, saya
lihat sirup, panakuk, panada dan pisang coe.
Malam-malam di sekretariat
di Kampung Pisang adalah malam yang tanpa “anggur dalam rembulan”. Hanya ada
kopi hitam. Kopi dengan takaran gula yang tidak pernah salah, selalu menemani
malam membaca dan diskusi. Malam baca memberikan kesempatan kepada setiap
anggota untuk membaca dan kemudian dilanjutkan dengan menulis hasil bacaan dan
menceritakan kembali bacaannya pada anggota lain. Kadang disitulah saya merasa
sedih karena harus menjawab banyak sekali pertanyaan dan kadang jawaban yang
saya berikan adalah “jual kecap”.
Rumah Gagasan PILAS
pindah ke kelurahan Ngade Ternate Selatan. Sekretariat yang baru itu ada
sepenggal “surga” di halaman belakang. Menghijau pohon pisang, singkong dan
pohon-pohon kelapa yang daunnya terus melambai ingin dipetik. Di depan ada
pohon rambutan yang tidak pernah berbuah dan satu pohon kepala yang selalu dijaga
oleh direktur dengan tulisan “jangan coba-coba petik buah kelapa, kalau tidak
mau tangan dipotong. Sedangkan tetangga depan rumah sudah kami anggap sebagai
mama. Mama baru orang baik, selalu mau jika kami berhutang rokok. Kami sering
bertamu jam 11 siang ketika mama sedang asik menanak nasi dan menggoreng ikan.
Rumah Gagasan PILAS
yang di kelurahan Fitu setelah pindah dari kelurahan Gambesi - yang pertama di
sisi kanan jalan jika dari arah kampus UMMU. Di sini kami mengenal keluarga
baru, om Wae, om Hamid, ketua RT dan om Rais. Selesai masa kontrakan, Rumah
Gagasan pindah lagi ke sisi kiri jalan dari kampus UMMU, samping kanan masjid
Fitu, belakang pangkalan ojek. Di Rumah Gagasan itu, PILAS berusia 12 tahun dan
saat itu kami berkesempatan melakukan syukuran dengan kegiatan ilmiah, lomba
menulis essay, dialog dan menerbitkan buku yang diberi judul Bergerak Memberi
Makna atas kerja sama UMMU Press dan PILAS Book.
dokumentasi PILAS
Bergerak Memberi Makna adalah kado hari lahir PILAS
yang ke 12 tahun. Kado istimewa dari kader PILAS angkatan pertama sampai
angkatan yang paling terakhir serta prolog dari pendiri dan appendix dari
Thamrin Husen. Tulisan yang dimuat di buku itu adalah artikel yang pernah diterbitkan
di Malut Post dan Posko Malut.
Semangat menulis
pertama hingga terbitnya buku, sudah dirasakan ketika Rumah Gagasan masih di
Kampung Pisang. Hasil pertemuan kala itu, menyepakati setiap anggota PILAS
harus wajib menulis dan harus wajib pula diterbitkan di salah satu media cetak.
Jika tidak ada tulisan diterbitkan maka
akan dikenai denda Rp. 250.000. Sejak kesepakatan diberlakukan, hari-hari di
PILAS hening seperti kuburan. Hampir setiap jam, para senior duduk membaca dan
menulis karena hanya itu satu-satunya cara agar tidak meminjam uang pada teman
untuk membayar denda. Hasilnya, tulisan para senior mulai terbit setiap minggu.
Bahkan ada satu tulisan dengan dua nama penulis.
Senior yang berperan penting
dalam kesepakatan itu adalah Presiden PILAS, ko Iwan, senior ko Ipul, ko Phomat
dan senior seangkatan mereka. Mereka selalu sedia membaca dan mengedit tulisan
kawan-kawan. Kami para anggota baru tidak diwajibkan menulis tetapi wajib ikut
diskusi membahas opini dari salah satu kawan sebelum dikirim ke media cetak.
Semacam ujian kelayakan.
Tak ada manusia
sempurnya dan tak ada organisasi yang bejalan tanpa tantangan. Kesalahan atau
kekeliruan, saling marah, saling curiga, saling menyalahkan adalah hal wajar
dalam berorganisasi. Akan tetapi, intinya kesamaan visi harus diutamakan oleh
setiap anggota. Semoga pada usia sekarang, PILAS bisa lebih baik. Tetap Cerdas
Berpikir dan Santun Bersikap.
Dokumentasi PILAS; anggota PILAS membuat monografi desa Galo-Galo, Morotai
Akhir catatan ini, ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada media cetak di Maluku Utara
yang selalu mau mengedit dan menerbitkan artikel dari anak-anak PILAS. Ucapan
terimakasi pula kepada Thamrin Husen yang selalu sedia waktu mengisi kajian, (alm)
pak Ode, mantan ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara UMMU yang tidak pernah
telat dan lupa mengisi kajian, Sahyunan Pora yang selalu memberikan kiat-kiat
cinta ketika mengisi kajian filsafat, Darsis Hoemah yang selalu hadir dengan
cerita lucu, Murid Tonirio yang selalu bersemangat, Rahmi Husen yang selalu berbagi kopi, Rahim Thalib yang selalu hadir sebagai senior dan semua pembina lain
yang sudah meluangkan waktu bersama kami di PILAS. Terimakasih dan salam hormat
karena telah berbagi ilmu di Rumah Gagasan.
Ternate, 11 November 2017
Tim Rumah Gagasan
0 komentar:
Posting Komentar