Random Posts

banner image

Jumat, 01 September 2017

(ber)Kurban atau (ber)Korban apa tahun ini ?

















foto: google.com


Beberapa hari kemarin banyak status di facebook yang mengucapkan selamat hari Raya Idul Adha. Ucapan selamat itu juga disertakan foto macam-macam, kadang ada yang mengganti profil dengan latar kambing atau sapi dan ada juga dengan segenap keluarga. Sedangkan teman saya dengan pakaian muslim lengkap, foto selfie. Sayang foto kawan diambil pada lebaran Idul Fitri tahun lalu.

Kurban praIslam;
Sebelum Islam sudah banyak kepercayaan di muka bumi lahir dan berkembang sesuai dengan budaya tempatan masyarakat tempo itu. Jika anda pernah menonton film Appocalipto maka anda akan sependapat dengan saya bahwa pada masa-masa itu banyak orang diburu dan dibawa ke mesir untuk dijadikan budak dan dibunuh sebagai sesembahan para dewa. Persembahan itu dimaksudkan untuk menyenangkan hati dewa agar diberi keberkahan.

(ber)Kurban dalam Islam;
Setelah kelahiran Nabi Muhammad dan dia menyiarkan Islam maka kurban yang awalnya telah diparaktekkan oleh kepercayaan sebelumnya dirubah total dengan berkiblat pada kejadian masa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Dikisahkan bahwa ketika tidur, Nabi Ibrahim memimpikan Allah meminta agar Ibrahim menyembelih anaknya Ismail. Keesokan harinya Ibrahim menceritakan mimpinya pada Ismail dan tanpa ragu Ismail mempersilahkan dirinya untuk disembelih atas nama Allah. 

Ketika Ibrahim hendak mulai menyembelih, dalam hatinya hanya ada Allah dan semuanya diserahkan pada Allah. Pisau yang tajam itu lalu mengenai leher tetapi bukan leher Ibrahim melainkan domba – Allah telah mengganti Ismail dengan seekor domba. Dari kisah Nabi Ibrahim dan Ismail inilah asal mula Hari raya Kurban yang kita peringati tiap tahunnya.

(ber)Korban demi Negara;
(ber)korban pada jenis yang ketiga ini bisa kita telusuri sebelum kemerdekaan dan sesudah kemerdekaan Indonesia. Pada masa penjajahan Indonesia direbut oleh banyak Negara eropa hanya karena cengekeh, pala, lada dan kayu manis yang tumbuh di pulau-pulau kecil Indonesia. 

Bangsa Portugis dan spanyol menghabiskan banyak dana untuk masuk ke Ternate dan memonopoli perdagangan. Tidak menerima rakyat dibodohi oleh Portugis, Khairun datang ke benteng Kastela untuk berunding/melawan atas undangan Portugis akan tetapi Portugis bermain curang dan membunuhnya. 

Tidak menerima Sultannya dibunuh, rakyat Ternate bersama Babullah memberontak dan mengusir Portugis.

Pergilah Portugis datanglan Belanda. Datang dengan misi perdagangan Belanda mendirikan kantor VOC pertama di kawasan benteng Orange. Waktu berlalu, misi perdagangan berubah menjadi pendududukan dan tentu saja monopoli, Eropa tetap sehati.

Selain menduduki kawasan Timur, Belanda juga telah menduduki sepenuhnya kawasan pulau jawa dan menjadikan Jakarta/Batavia sebagai ibukota Hindia Belanda.

Kata pepatah, Di mana ada gula disitu ada semut. Di mana ada kekuasaan di situ ada perlawanan, begitu kata om Foucault. 

Perlawanan kaum pribumi dari Sabang Sampai Merauke pecah. Banyak pejuang-pejuang mati dan yang tertangkap diasingkan di Eropa. Perjuangan itu lalu berbuah manis. Pada tanggal 17 Agustus Indonesia memploklamirkan kemerdekaan.

Setelah kemerdekaan, “(ber)Korban” ternyata belum selesai. Sukarno yang menjadi presiden pertama berjuang menyatukan Indonesia, menjaga kedaulatan agar tidak ambil oleh negara lain.

Aksi reformasi mahasiswa melengserkan Soeharto dari presiden adalah hasil dari pengorbanan mahasiswa saat itu demi reformasi yang saat ini sudah kita cicipi, walaupun masih seteguk. Karena aksi itu, banyak mahasiswa yang tewas dan disiksa.

Lalu (ber)kurban apa pemerintah kita saat ini ? saya dengar ada sapi dari presiden untuk setiap propinsi. Kurbannya masih sama seperti om haji Taufik di Ternate.

(ber)Korban Demi Teman;
Korban yang satu ini kadang manis-manis pahit karena kita harus merelakan diri kita untuk sahabat. Misalnya, pada suatu waktu ada sabahat yang jatuh cinta pada seorang perempuan namun karena dia tidak bisa mengajak perempuan yang ditaksir itu datang maka dia meminta agar kawannya pura-pura sakit supaya Melati datang. 

Melati datang membawa obat, setelah memberi resep obat pada yang sakit, Melati dan kawan pun duduk di teras rumah sembari berpantun tentang rembulan. 

Esoknya, kawan yang pura-pura sakit akhirnya benar sakit dan harus dibawa ke puskesmas.

Dari cerita ini semoga bisa dipahami apa itu (ber)Korban Demi Teman”.

(ber)Korban Perasaan;
Kurban yang terakhir ini paling sulit dijelaskan karena ini menyangkut sikap dari masing-masing orang dan membutuhkan waktu yang tidak singkat. Agar bisa memahaminya saya akan menceritakan satu kisah.

Si O sudah sejak lama naksir sama cewek bernama M. Mereka sering menghabiskan waktu berdua di kampus, kafe mapun di kontrakan. Saking saling sayang, kadang-kadang atau bahkan keseringan mereka saling menyapa Ma dan Ta. Itu panggilan yang manis hingga kawan-kawan dari O dan M serasa cemburu.

Ketika M lulus kuliah dan mendapatkan pekerjaan di pulau seberang, si O mulai hidup tanpa semangat. Hari-harinya kelabu. Makan tak kenyang mandi pun tak basah.

Rindunya yang membiru pada kekasih yang jauh justeru berbayar sembilu. Kabar datang dari rantau bahwa sang kekasih bakal nikah dengan kekasih pilihan hati. Kecewa selalu memeluk O, menenggelamkannya dalam tatapan kosong.

Hari berlalu silih berganti, dari lebaran Idul Fitri ke lebaran Idul Adha, si O kini mulai riang. Mendapatkan kembali keceriaan yang telah lama beku. Kini dengan penampilan baru dan selalu menebar senyum si O siap membuka hati pada bunga yang mekar menebar wangi.


“saya tidak lupa, tetapi saya memaafkan dan mengikhlaskan” ucap O penuh senyum.

Semoga dari kisah O kita bisa belajar untuk "(ber)korban. 



           JF. Upik



0 komentar:

Posting Komentar