foto: google.com
Beberapa hari kemarin banyak status di facebook yang mengucapkan selamat hari Raya Idul Adha. Ucapan selamat itu juga disertakan foto macam-macam, kadang ada yang mengganti profil dengan latar kambing atau sapi dan ada juga dengan segenap keluarga. Sedangkan teman saya dengan pakaian muslim lengkap, foto selfie. Sayang foto kawan diambil pada lebaran Idul Fitri tahun lalu.
Kurban praIslam;
Sebelum
Islam sudah banyak kepercayaan di muka bumi lahir dan berkembang sesuai dengan
budaya tempatan masyarakat tempo itu. Jika anda pernah menonton film Appocalipto
maka anda akan sependapat dengan saya bahwa pada masa-masa itu banyak orang diburu dan dibawa ke mesir untuk dijadikan budak dan dibunuh sebagai
sesembahan para dewa. Persembahan itu dimaksudkan untuk menyenangkan hati dewa
agar diberi keberkahan.
(ber)Kurban dalam Islam;
Setelah
kelahiran Nabi Muhammad dan dia menyiarkan Islam maka kurban yang awalnya telah diparaktekkan
oleh kepercayaan sebelumnya dirubah total dengan berkiblat pada kejadian masa
Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Dikisahkan bahwa ketika tidur, Nabi Ibrahim
memimpikan Allah meminta agar Ibrahim menyembelih anaknya Ismail. Keesokan
harinya Ibrahim menceritakan mimpinya pada Ismail dan tanpa ragu Ismail
mempersilahkan dirinya untuk disembelih atas nama Allah.
Ketika Ibrahim hendak mulai menyembelih, dalam hatinya hanya ada Allah dan semuanya diserahkan pada
Allah. Pisau yang tajam itu lalu mengenai leher tetapi bukan leher Ibrahim
melainkan domba – Allah telah mengganti Ismail dengan seekor domba. Dari
kisah Nabi Ibrahim dan Ismail inilah asal mula Hari raya Kurban yang kita
peringati tiap tahunnya.
(ber)Korban demi Negara;
(ber)korban
pada jenis yang ketiga ini bisa kita telusuri sebelum kemerdekaan dan sesudah
kemerdekaan Indonesia. Pada masa penjajahan Indonesia direbut oleh banyak
Negara eropa hanya karena cengekeh, pala, lada dan kayu manis yang tumbuh di
pulau-pulau kecil Indonesia.
Bangsa Portugis dan spanyol menghabiskan banyak
dana untuk masuk ke Ternate dan memonopoli perdagangan. Tidak menerima rakyat
dibodohi oleh Portugis, Khairun datang ke benteng Kastela untuk
berunding/melawan atas undangan Portugis akan tetapi Portugis bermain curang dan membunuhnya.
Tidak menerima Sultannya dibunuh, rakyat Ternate bersama Babullah
memberontak dan mengusir Portugis.
Pergilah Portugis datanglan Belanda. Datang dengan misi
perdagangan Belanda mendirikan kantor VOC pertama di kawasan benteng Orange.
Waktu berlalu, misi perdagangan berubah menjadi pendududukan dan tentu saja
monopoli, Eropa tetap sehati.
Selain
menduduki kawasan Timur, Belanda juga telah menduduki sepenuhnya kawasan pulau
jawa dan menjadikan Jakarta/Batavia sebagai ibukota Hindia Belanda.
Kata
pepatah, Di mana ada gula disitu ada semut. Di mana ada kekuasaan di situ ada
perlawanan, begitu kata om Foucault.
Perlawanan kaum pribumi dari Sabang Sampai
Merauke pecah. Banyak pejuang-pejuang mati dan yang tertangkap diasingkan di
Eropa. Perjuangan
itu lalu berbuah manis. Pada tanggal 17 Agustus Indonesia memploklamirkan
kemerdekaan.
Setelah
kemerdekaan, “(ber)Korban” ternyata belum selesai. Sukarno yang menjadi presiden
pertama berjuang menyatukan Indonesia, menjaga kedaulatan agar tidak ambil oleh
negara lain.
Aksi
reformasi mahasiswa melengserkan Soeharto dari presiden adalah hasil dari
pengorbanan mahasiswa saat itu demi reformasi yang saat ini sudah kita cicipi,
walaupun masih seteguk. Karena aksi itu, banyak mahasiswa yang tewas dan
disiksa.
Lalu (ber)kurban
apa pemerintah kita saat ini ? saya dengar ada sapi dari presiden untuk setiap
propinsi. Kurbannya masih sama seperti om haji Taufik di Ternate.
(ber)Korban Demi Teman;
Korban
yang satu ini kadang manis-manis pahit karena kita harus merelakan diri kita
untuk sahabat. Misalnya, pada suatu waktu ada sabahat yang jatuh cinta pada
seorang perempuan namun karena dia tidak bisa mengajak perempuan yang ditaksir
itu datang maka dia meminta agar kawannya pura-pura sakit supaya Melati datang.
Melati datang membawa obat, setelah memberi resep obat pada yang
sakit, Melati dan kawan pun duduk di teras rumah sembari berpantun tentang
rembulan.
Esoknya, kawan yang pura-pura sakit akhirnya benar sakit dan harus
dibawa ke puskesmas.
Dari
cerita ini semoga bisa dipahami apa itu (ber)Korban Demi Teman”.
(ber)Korban Perasaan;
Kurban
yang terakhir ini paling sulit dijelaskan karena ini menyangkut sikap dari
masing-masing orang dan membutuhkan waktu yang tidak singkat. Agar bisa
memahaminya saya akan menceritakan satu kisah.
Si
O sudah sejak lama naksir sama cewek bernama M. Mereka sering menghabiskan
waktu berdua di kampus, kafe mapun di kontrakan. Saking saling sayang,
kadang-kadang atau bahkan keseringan mereka saling menyapa Ma dan Ta. Itu
panggilan yang manis hingga kawan-kawan dari O dan M serasa cemburu.
Ketika
M lulus kuliah dan mendapatkan pekerjaan di pulau seberang, si O mulai hidup
tanpa semangat. Hari-harinya kelabu. Makan tak kenyang mandi pun tak basah.
Rindunya
yang membiru pada kekasih yang jauh justeru berbayar sembilu. Kabar datang dari
rantau bahwa sang kekasih bakal nikah dengan kekasih pilihan hati. Kecewa
selalu memeluk O, menenggelamkannya dalam tatapan kosong.
Hari
berlalu silih berganti, dari lebaran Idul Fitri ke lebaran Idul Adha, si O kini
mulai riang. Mendapatkan kembali keceriaan yang telah lama beku. Kini dengan
penampilan baru dan selalu menebar senyum si O siap membuka hati pada bunga
yang mekar menebar wangi.
“saya
tidak lupa, tetapi saya memaafkan dan mengikhlaskan” ucap O penuh senyum.
Semoga dari kisah O kita bisa belajar untuk "(ber)korban.
0 komentar:
Posting Komentar